Ad Code

Godong-godongan, Permainan Tradisional yang Mengenalkan Aneka Tumbuhan


JAMAN saya kecil atau sekitar akhir tahun 80-an menjelang tahun 90-an, beberapa permainan tradisional masih eksis dan popular di kehidupan saya sehari-hari. Makhlum saja, saya tinggal di kawasan pedesaan pegunungan yang agak jauh dari peradaban kota. Ada banyak permainan tradisional yang setidaknya sempat saya ketahui dan bahkan ada yang saya mainkan. Sebut saja pathil lele, gobag sodor, petak umpet dengan bermacam variannya, benteng-bentengan, apolo, sepak tekong, sondah mandah juga dengan bermacam variannya, kartu gambar, kartu kwartet, kelereng, lompat tali karet, perang-perangan, dan masih banyak lagi.

Dari sekian banyak jenis permainan itu, ada salah satu jenis permaian yang mungkin hanya ada di kampung saya (Kawasan Jombang Selatan). Setidaknya saya belum pernah menemukan jenis permainan ini di tempat-tempat lain yang pernah saya singgahi. Atau sampai saya menulis artikel ini, saya mencoba menelusuri di mesin pencari pun, tak ada yang menyebut-nyebut nama permainan ini. Jadi memang kemungkinan permainan ini hanya ada di kampung saya dan kampung-kampung sekitar kampung saya.

Nama permainan ini adalah Godong-godongan, dari asal kata dedaunan. Ya, permainan ini menggunakan daun dari aneka tumbuhan sebagai sarana permainannya. Entah sejak kapan permainan ini ada di kampung kami. Yang jelas sejak saya lahir dan tumbuh, permainan ini sudah ada. Dan sepertinya permainan ini dulu tercipta untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan perkebunan yang memang ditumbuhi dengan subur aneka jenis tumbuhan.

Permainan ini dilakukan pada siang atau sore hari dan harus beramai-ramai lebih dari 10 orang. Kalau jumlah pemainnya kurang dari 10 orang akan terasa kurang seru. Misalnya 10 orang, dari 10 orang ini 1 orang harus menjadi “pesakitan” atau “terdakwa” yang harus mengejar 9 orang lainnya. Biasanya kami memainkan di halaman sekolah atau di rumah-rumah penduduk yang mempunyai halaman cukup luas, dengan menggunakan cagak atau tiang rumah atau tiang bendera di halaman sekolah untuk dijadikan basisnya (pegangan utama).

Untuk mengawali permainan harus ditentukan dulu siapa yang dadi atau menjadi “terdakwa”-nya atau menjadi kucingnya terlebih dahulu. Biasanya kami menentukan atau mengundi dengan cara hom pim pah (menggunakan telapak tangan) dan suitan (menggunakan jari). Setelah ada terdakwa atau yang menjadi kucing, baru permainan bisa dimulai. Awalnya, 9 pemain mengambil posisi pegangan pada tiang yang dijadikan basisnya. Kemudian 1 pemain yang menjadi kucing berada pada posisi berhadapan sekitar 4-5 meter dengan 9 pemain lainnya. Setelah itu sang kucing harus menyebut salah satu jenis daun yang ada di sekitar permainan yang harus dipegang oleh 9 pemain lainnya. Setelah memegang jenis daun itu 9 pemain harus kembali lagi menuju tiang yang menjadi pegangan awal.

Nah, dalam proses lari menuju daun yang disebut oleh si kucing itu, dan juga proses kembali setelah menyentuh atau memegang daun menuju tiang utama, si kucing harus mengejar 9 pemain itu sampai menangkap atau menyentuh salah 1 dari 9 pemain. Jika si kucing tak mampu menangkap, maka posisi dia tetap menjadi kucing dan harus mengejar 9 pemian lain dengan menyebut jenis daun lain. Namun, jika si kucing sudah bisa menangkap 1 pemain, maka posisi dia sebagai kucing akan digantikan oleh pemain yang tertangkap itu. Demikian seterusnya. Dan yang menjadi catatan, selama pemain selain yang menjadi kucing berada atau memegang tiang utama dan/ataupun daun, maka ia mempunyai sifat “kebal”, artinya si kucing tak bisa menangkap dan/atau menyentuh yang kemudian posisinya tergantikan. Sekali lagi hanya bisa batal, jika pemain tertangkap/tersentuh ketika berlari saja, baik berlari menuju daun atau kembali ke tiang utama.

Yang terpenting dalam permainan ini setidaknya dibutuhkan dua hal utama. Pertama, pemain harus gesit dan kuat berlari agar tak terkejar atau tertangkap sehingga mudah menjadi terdakwa. Kedua, para pemain harus hafal berbagai jenis daun dari tetumbuhan yang ada di sekitarnya. Sudah pasti kalau tak hafal nama tumbuhannya akan kesulitan memainkanya. Dan yang terpenting nama-nama tumbuhan itu harus mengikuti nama-nama yang biasa disebut di kampung kami, baik dengan nama lokal atau nama-nama umumnya.

Dalam permainan ini, terkadang ada “kecurangan” yang dibolehkan. Biasanya diantara semua pemain ada yang kurang gesit, atau pemain sedikit sombong dan tak terlalu disukai temannya, maka ia akan menjadi pemain yang dalam bahasa kami, diceng atau diincar dan dijadikan bulan-bulanan untuk terus menjadi kucing dengan berbagai cara. Tentu saja dengan cara yang tak kentara dan tetap menjaga sportivitas serta melakukannya tak terencana atau spontanitas dalam satu permainan. Para pemain biasanya sudah saling tahu sama tahu mana sekiranya target yang layang dijadikan kucing terus-terusan. Kami melakukan ini biar ada pelajaran. Buat pemain yang kurang gesit, biar dia lebih gesit berlari dan buat teman yang sedikit sombong biar tak semakin sombong dihadapan teman-teman lain.

Namun demikian, yang terpenting dari permainan godong-godongan ini bagi kami adalah selain menjadi sarana bermain bersama diantara teman sebaya, bersosialisasi sekaligus olah raga, permainan ini juga mengajarkan kepada kami untuk mengenal lingkungan, mengenal berbagai jenis tumbuhan yang ada di sekitar. Banyak sekali aneka tumbuhan yang awalnya kami tak mengenalnya, terpaksa kami harus mengetahui Ada banyak tumbuhan semacam rerumputan dan tanaman perdu, daun kopi, daun cengkeh, daun waru, waribang (kembang sepatu), kembang kertas, bunga setengah empat, andong, beluntas, putri malu, singkong, ketela rambat, bidara, bougenvile, pecah piring (kaca piring), kumis kucing, dan masih puluhan jenis lainnya yang harus kami kenali. Berbagai jenis tumbuhan ini memang tumbuh subur di kampung kami yang berada di lereng pegunungan. Jadi, sekali lagi mungkin permainan ini tercipta dari kondisi geografis kampung kami yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan.

Ya, itulah godong-godongan, salah satu permainan yang ada di kampung kami yang tahun-tahun terakhir saya tak pernah melihat lagi permainan ini dimainkan anak-anak di kampung. Godong-godongan memang sebuah permainan yang sederhana dan  khas anak-anak desa yang pernah saya dan teman-teman sebaya mainkan, permainan yang sarat akan nilai-nilai edukasi yang sedikit banyak telah mengisi masa kanak-kanak kami.


Tulisan Lainnya:

Posting Komentar

1 Komentar

  1. keren mas bro sharenya.. sayang anak jaman sekarang kurang mengenal permainan tradisional,,
    agen tiket online
    jasa iklan massal

    BalasHapus

Thanks for your visiting and comments!

Ad Code