Ad Code

Konsumsi Ikan, Antara Potensi dan Mitos


PATUT
kita apresiasi ketika Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) beberapa waktu lalu menargetkan konsumsi ikan nasional bisa naik sebesar 10 persen atau sebesar 34,4 kilogram per tahun. Target ini meningkat apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu, yang tingkat konsumsi ikan nasional sebesar 31,64 kg per kapita per tahun. Namun pencapaian ini tercatat masih lebih kecil dibandingkan dengan Malaysia yang sebesar 45 kg perkapita per tahun (tribunnews.com). Ini tentu sangat ironis, mengingat potensi ikan kita sebenarnya jauh di atas Malaysia.

Itu baru perbandingan awal antar negara. Jika dibuat perbandingan antara daerah di Indonesia, angkanya jauh dari itu. Misalnya wilayah Indonesia dibagian timur dan barat, atau Jawa dengan luar Jawa, Maluku dan luar Maluku, jelas angkanya akan tak seimbang. Tentu banyak banyak hal yang membuat perbedaan antar wilayah ini dan ini menjadi tugas bersama agar tingkat konsumsi ikan kita bisa lebih tinggi dan merata.

Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi kesehatan manusia. Menurut para ahli gizi, bahwa kecukupan protein terutama pada masa pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, sehingga kekurangan protein dapat berakibat terganggunya pertumbuhan otak. Oleh karena itu apapun kondisinya, kecukupan protein khususnya pada anak-anak, harus tetap terjamin. Untuk itu, apalagi ditengah derasnya wabah flu burung yang hingga saat ini belum tuntas dikendalikan dan membuat kita kawatir mengonsumsi daging unggas, maka sudah selayaknya kita mulai melirik ikan ini sebagai komoditas sumber protein hewani non-unggas sekaligus sebagai sumber pendapatan baru.

Sesungguhnya dibalik kampanye dan anjuran dari beberapa instansi pemerintahan kita, ada pesan untuk tidak sekadar meningkatkan kuantitas konsumsi ataupun gizinya saja, tetapi juga secara ekonomi mampu meningkatkan potensi optimal perikanan tangkap maupun merangsang masyarakat agar mulai mengembangkan budidaya perikanan. Apalagi selama ini bangsa kita juga dikenal sebagai bangsa maritim dengan perairan laut yang luas dan garis pantai terpanjang di dunia. Selain itu, kita juga mempunyai banyak daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan darat atau air tawar.

Namun sayangnya potensi besar ini belum mampu dioptimalkan dan bahkan tingkat konsumsi ikan masyarakat kita masih sangat rendah bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Padahal, dengan mengembangkan kegiatan sektor perikanan, masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sumber gizi dan tentu saja sekaligus meningkatkan pendapatannya.

Dari sinilah pentingnya promosi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat agar memanfaatkan ikan sebagai sumber makanan yang bergizi. Apalagi harga ikan relatif lebih murah dan khususnya ikan laut, mempunyai keunggulan kandungan gizi. Tingginya kandungan protein, asam amino esensial serta kemudahan daya cerna dapat menjadikan ikan sebagai sumber utama protein hewani.

Disamping itu, mengembangkan berbagai jenis kuliner yang berbasis ikan juga harus terus dilakukan, agar makan ikan tidak lagi membosankan, lebih menarik dan lebih bergengsi. Fenomena yang terjadi selama ini, secara umum masyarakat kita lebih menyukai konsumsi protein hewani dari produk ternak (daging) daripada ikan. Fenomena ini menunjukkan bahwa ikan masih dianggap komoditas kelas dua (inferior) dibanding daging, dimana makan daging dianggap lebih bergengsi daripada makan ikan.

Namun demikian, menggalakkan makan ikan bukanlah hal yang mudah. Banyak kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah kendala adanya mitos yang berkembang di masyarakat. Sejak zaman kolonial, dimana tingkat kesejahteraan (ekonomi) masyarakat sangat rendah, ikan digolongkan sebagai makanan orang kaya dan hanya cocok untuk kaum kolonial. Dan seiring dengan perjalanan waktu berkembanglah di kalangan masyarakat kita mitos-mitos yang menganggap bahwa makan ikan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti terjangkitnya cacingan.

Ada beberapa kemungkinan kenapa mitos itu ada dan berkembang di masyarakat. Pertama, akses terhadap komoditas ikan sangat sulit, baik karena ketersediaannya yang terbatas dan/atau karena kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah sehingga mereka tak mampu membeli. Tak dapat dipungkiri jika hal tersebut menjadi penyebab munculnya mitor-mitos itu. Ketersediaan ikan jika tidak diusahakan (tangkap dan budidaya) akan sulit didapatkan, demikian juga dengan tingkat perekonomian yang rendah tidak akan mampu mendukung penyediaan ikan hingga meja makan.

Kedua, masalah pengetahuan dan teknologi dimana zaman dulu pengetahuan dan teknologi pengolahan ikan masih sangat sederhana sehingga tidak memungkinkan tercapainya higienitas. Jadi wajar saja kalau dengan makan ikan yang asal olah dan tidak higienis dapat menimbulkan masalah baru, termasuk cacingan.

Karena hambatan mitos itulah yang dapat menyebabkan tingkat konsumsi ikan masih sangat rendah pada masyarakat kita yang katanya nenek moyangnya pelaut ini. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita sekarang membuang jauh-jauh mitos-mitos yang tak berdasar dan sangat menyesatkan itu. Apalagi saat ini teknologi telah berkembang dengan pesat yang memungkinkan pengolahan produk perikanan lebih higienis. Namun tak boleh dikesampingkan juga dengan kebijakan-kebijakan yang bisa meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Dengan demikian, sekali lagi dengan tumbuhnya tingkat konsumsi ikan pada masyarakat kita, diharapkan akan mampu meningkatkan potensi ekonomi masyarakat sekaligus untuk terpenuhinya kebutuhan protein hewani sehingga masyarakat tetap dapat hidup sehat, kuat dan semangat. Semoga!


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Aku suka ikan.... dan anak-anak juga aku biasakan makan ikan.

    BalasHapus
  2. kalo aku suka ikan asin digoreng garing, sambel trasi campur tomat, nasi hangat kemebul, hmmm...

    BalasHapus
  3. wah ikan tuh sangat bagus untuk kecerdasan bangsa apalagi kita lihat jepang banyak yang mengkonsumsi ikan karena banyak mengandung omega

    BalasHapus
  4. kalau menurutku ikan sangat baik untuk perkembangan otak ( just my opinion )

    BalasHapus

Thanks for your visiting and comments!

Ad Code