Ad Code

Telepon Seluler Khusus Petani di Negeri Agraris


BAGI
bangsa Indonesia, pertanian adalah sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Setidaknya saat ini ada sekitar 60 persen pekerja yang bergelut di ladang pertanian. Dari 60 persen ini, mayoritas petani dengan pertaniannya berada jauh dari pusat kota bahkan berada di pedalaman dan terisolasi karena infrastruktur seperti transportasi, sarana informasi dan komunikasi yang terbatas.

Jelas ini membuat posisi ekonomi-petani tak menguntungkan. Salah satu akibatnya adalah ketika panen petani seringkali menjadi bulan-bulanan tengkulak yang relatif lebih menguasai informasi. Mereka tidak mempunyai bargaining power yang kuat untuk menentukan harga produk yang dihasilkannya akibat keterbelakangan informasi harga.

Atas dasar itulah, salah satu jalan untuk menciptakan keseimbangan informasi dan membuka akses informasi adalah dengan usaha pemberian layanan komunikasi dengan telepon seluler yang khusus untuk petani. Hal ini bukanlah ”latah-latahan” setelah pemerintah merencanakan akan membekali HP buat para TKI beberapa waktu lalu yang sempat menyita perhatian kita.

Peran Strategis

Di era informasi saat ini peran seluler bagi petani sangat penting, strategis dan tepat untuk mendorong produktivitasnya dan peningkatan kesejahteraan ekonominya. Dengan tarif dan harga telepon seluler yang relatif murah saat ini, rasanya terlalu naïf kalau kita masih menunggu pembangunan jaringan telepon kabel masuk pelosok desa. Apalagi kondisi geografis Indonesia yang beragam, luas dan terpencar-pencar. Toh akhir-akhir ini pasar seluler mengalami perkembangan yang pesat. Booming seluler telah menjangkau penduduk yang tinggal di kawasan pelosok-pelosok desa termasuk petani-petani yang berada jauh dari pusat informasi. Tower-tower seluler berkembang dan bahkan mencaplok lahan-lahan pertanian. Tak adil rasanya kalau petani tak bisa menikmati layanan ini sementara lahan-lahannya banyak yang digunakan untuk mengembangkan tower seluler.

Bentuk dan fitur telepon seluler yang ramah petani ini sebenarnya tak jauh beda seperti umumnya di pasaran. Hanya saja telepon yang dipakai memiliki fitur layanan untuk memberikan informasi yang terkait dengan dunia pertanian seperti jenis dan ketersediaan bibit, pupuk, pestisida, kondisi cuaca serta pemasaran hasil pertanian dan sebagainya.

Seluruh informasi tersebut dapat disesuaikan dan di-update setiap saat sesuai dengan kondisi geografis. Itu semua disediakan oleh penyedia layanan seluler dan bekerja sama dengan pemerintah melalui departemennya seperti infokom, deptan, deperindag, serta BMG sebagai penyedia informasi iklim atau cuaca, dan sebagainya. Secara teknis, semua informasi ini akan dikirimkan langsung ke telepon seluler petani dan atau diakses petani sendiri sesuai kebutuhannya.

Beberapa Manfaat

Dengan layanan seperti ini, setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh petani, pemerintah maupun industri lainnya termasuk industri jasa komunikasi. Pertama, petani dapat mengakses informasi yang tepat misalnya informasi kapan untuk bisa mulai menanam. Petani bisa memperoleh informasi cuaca dan iklim yang tepat sehingga dapat menghindari ketidakpastian atau dapat menyesuaikan masa tanamnya dengan iklim ataupun cuaca yang terjadi.

Kedua, petani bisa berkomunikasi dan mengakses informasi tambahan mengenai persoalan pertanian, pasar, harga komoditas, serta berinteraksi dengan para pembeli. Selama ini akibat kekurangan informasi pasar dan harga, petani seringkali menjadi “makanan empuk” para tengkulak yang semaunya menentukan harga produk petani. Dengan informasi harga dan pasar seperti ini setidaknya petani bisa menjual dengan harga yang layak dan sesuai pasar.

Contoh yang menarik adalah petani-petani durian di kawasan dataran tinggi Wonosalam, Jombang yang dikenal dengan produk durian bido-nya ini. Beberapa tahun terakhir, untuk transaksi dan menjaring pelanggan yang umumnya dari luar kota mereka telah memanfaatkan seluler. Hal ini karena untuk mendapatkan buah durian dengan kualitas rasa yang tinggi bukanlah perkara mudah, harus menunggu durian benar-benar masak di pohon tanpa ada ”rekayasa”. Nah, bagi petani atau penjual durian tinggal menghubungi pelanggan jika ada produk buahnya yang masak atau sebaliknya. Dengan demikian, pembeli dijamin akan mendapatkan buah dengan kualitas yang baik, bukan buah dengan kematangan yang direkayasa. Sebaliknya petani juga mendapatkan kepastian pasar bagi produk duriannya yang keawetannya hanya beberapa hari saja.

Ketiga, dalam beberapa tahun terakhir, tarif maupun harga telepon seluler menurun. Ini membuat semakin banyak orang mampu memilikinya, termasuk petani. Dengan demikian telepon seluler mencegah atau minimal mempersempit kesenjangan teknologi dan komunikasi antara warga (petani) miskin dengan yang kaya disamping memungkinkan masyarakat (petani) miskin mendapat akses terhadap teknologi informasi modern.

Keempat, telepon seluler juga menjadi sarana penghubung antar warga tani, mempererat sekaligus memperluas jalinan sosial, serta menjadi semacam katalisator dalam meningkatkan produktivitasnya. Dengan luasnya jalinan sosial bisa saja akan ada transaksi yang lebih menguntungkan dengan orang luar.

Kelima, bagi kalangan industri, kalau ekonomi petani di desa meningkat maka akan mempengaruhi perkembangan industri lainnya. Dalam teori ekonomi, ada multiplier effect akibat dari peningkatan kesejahteraan ekonomi ini. Sederhananya, jika tingkat kesejahteraan ekonomi dan tingkat pengetahuan petani meningkat maka mereka akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang yang selama ini mungkin hanya menjadi angan-angan semacam telepon seluler dan barang-barang industri lainnya.

Namun demikian, yang perlu dihindari adalah hendaknya permintaan seluler tidak menimbulkan sifat konsumtif atau bergaya belaka. Disinilah peran operator seluler dan pemerintah untuk meng-edukasi sekaligus introduksi bahwa seluler akan lebih berdayaguna untuk kepentingan produktivitas daripada hanya sekadar bergaya. Sudah semestinya operator seluler mengedepankan tanggung jawab moral dan transformasi nilai-nilai sosial.

Dengan demikian, meningkatnya jumlah telepon seluler pada kalangan petani dan masyarakat desa diharapkan bisa memberi pengaruh positif bagi perekonomian desa. Setidaknya masyarakat petani terbuka wawasan dan akses informasinya serta dapat lebih berpartisipasi dalam membangun perekonomian daerahnya. Mungkin ini seperti mimpi di siang bolong, tetapi dengan niat baik dan usaha keras, tak mustahil dapat diwujudkan. Semoga!

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Sepakat, HP untuk petani!
    Alhamdulillah tempo hari Bapak panen dari sawah yang 'diparuh' dengan hasil gabah 1,5 ton. Coba bayangkan kalau ada HP untuk petani, bisa saja berpengaruh positif pada hasil panen. Tentu saja tak lupa berdoa pada Sang Pengatur Cuaca... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1,5 ton gabah kalau jadi beras sekitar 900 Kg ya, kalau rendemennya 0,6 :)

      sekarang sudah ada kok Om, merek N*K*A, yg diluncurkan sejak akhir th 2008. Lha tulisan ini sejatinya terbikin sekitar awal 2008 :)

      Hapus

Thanks for your visiting and comments!

Ad Code