Ad Code

Ken-Duren Wonosalam, Semarak Kenduri Durian di Jombang


JAM di hanphone menunjuk angka 08.45. WIB ketika saya meninggalkan rumah (orang tua) saya untuk menuju lapangan bola di Wonosalam Jombang yang berjarak sekitar 6 km. Cuaca mendung dan pagi itu (4/2) jalanan dari arah utara menuju lokasi (Mojokerto-Jatirejo- Panglungan-Carangwulung-Wonosalam) mulai ramai. Belum lagi dari arah tengah (Mojoagung-Wonosalam) juga mulai memadati jalanan menuju Wonosalam.

Di luar dugaan, sekitar  1 km sebelum lokasi, kendaraan sudah mulai macet parah. Bahkan sebagian kendaraan roda 4 sudah tak bisa lagi bergerak. Dengan kondisi jalan yang rata-rata lebarnya 4-5 meter, tentu tak mampu menampung semua kendaraan.



Terpaksa sebagian pengunjung berjalan kaki untuk menuju lapangan Wonosalam. Hanya kendaraan roda 2 saja yang masih bisa melintas menuju lokasi. Itu pun hanya searah saja. Jalur mulai pertigaan Dusun Tukum (sekitar 2 Km sebelum lokasi) diberlakukan satu arah, yang dari atas (Wonosalam) dilarang melintas, untuk jalur keluarnya di arahkan berputar menuju Pasar Wonosalam dan Desa Sambirejo yang bisa menuju Kecamatan Bareng, Kecamatan Kandangan (Kediri) atau pun menuju Kecamatan Kasembon (Malang). Saya sendiri terjebak kemacetan, meskipun demikian saya bisa “menyelinap” mendekati lokasi hingga bisa memarkir kendaraan sekitar 100 meter dari lokasi Kenduri Durian.

Ya, Kenduri Durian, ini adalah pesta panen durian warga Wonosalam yang pertama kali digelar setelah tahun lalu semua durian di seantero Wonosalam tak berbuah akibat cuaca tak menentu. Beberapa tahun sebelumnya sebenarnya pernah digelar acara semacam ini, tetapi hanya berupa kontes durian saja tanpa ada pesta makan durian gratis secara massal seperti tahun ini. Menurut kawan-kawan yang sekaligus menjadi panitia, acara ini digelar secara swadaya oleh masyarakat Wonosalam, tanpa ada bantuan finansial sepeserpun dari pemerintah (kabupaten) Jombang. Hanya beberapa pejabat dan politikus secara pribadi yang memberi bantuan finansial serta dukungan dari para pengelola wisata di Wonosalam (outbound, penginapan, rafting dan sebagainya). Acara Kenduri Durian ini juga menjadi “maskot” dari rangkaian acara “Gelar Potensi Wonosalam 2012” dengan tema exhibition, entertainment, education, tourism, and coservation. Selain acara Kenduri Durian, sejak tanggal 2 Februari juga ada acara pameran UMKM, atraksi kesenian, jalan sehat dan pada hari minggu (5/2) juga digelar “Kontes Kambing Etawa”.

Sekitar jam 09.30 saya memasuki areal lapangan. Saya sempatkan berkeliling ke hampir semua stand. Sementara dari panggung hiburan pun terdengar celotehan silih berganti 2 MC dan penyanyi yang kalau tak salah, sempat menyanyikan lagu “Belah Duren”, mungkin sedikit “menyesuaikan” dengan acara hari ini, Kenduri Durian. Meskipun kondisi lapangan yang bertanah lempung sangat becek dan lengket terutama yang tidak ditumbuhi rerumputan akibat hujan semalam sebelumnya, tetapi warga tetap menyemut dan antusias untuk menyaksikan acara ini. Tak hanya warga Wonosalam ataupun Jombang saja, tetapi juga dari kota-kota sekitar seperti Malang, Mojokerto, Kediri, Nganjuk, Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya.

Disela acara kenduri durian ini juga dicanangkan “Gerakan Menanam Pohon” dan “Gerakan Minum Susu” yang ditandai dengan minum susu segar bersama oleh sekelompok pelajar dan beberapa pejabat undangan. Ini sebagai upaya konservasi dan upaya untuk meningkatkan gizi masyarakat sekaligus pemanfaatan potensi sumberdaya lokal, dimana kawasan Wonosalam selama ini juga dikenal sebagai penghasil susu sapi perah terbesar di Jombang. Selain itu itu juga diadakan penilaian durian terbaik yang dihasilkan oleh para petani Wonosalam. Sayangnya, untuk acara ini tak terlalu banyak diikuti oleh para petani, sebab sebagian besar petani telah memanen durian terbaiknya pada bulan Desember dan Januari lalu.

Hingga jam 12.00 acara kenduri durian belum juga dimulai, padahal dari wajah-wajah pengunjung sepertinya sudah tak sabar ingin segera “murak” durian. Ini karena masih menunggu kedatangan Bupati yang kata panitia masih ada acara di tempat lain. Padahal jadwal yang tertera dimulai pukul 09.00, dan kalaupun molor diperkirakan tak lebih hingga pukul 11.00. Bahkan seorang kawan yang juga panitia, sempat sewot dan entah dengan bergurau atau serius meng-SMS saya pada pukul 10.46. 

“Bupatinya cepat suruh datang, keburu hujan, masak tamu kok yang mengatur tuan rumah :( “. Begitulah isi SMS kawan saya, dengan bahasa jawa tentunya, tak kurang tak lebih dengan tanda raut muka bersedih.

Jam 12.14 hujan deras mengguyur dari langit Wonosalam. Sebagian massa berlarian menuju tenda tamu undangan, stand-stand pameran dan bahkan ke panggung. Akibatnya, panggung yang tak terlalu besar itu miring kelebihan “muatan” hingga membuat pemandu acara “berok-berok” alias teriak mengingatkan massa untuk turun dari panggung.

Sementara itu, sebagian lagi malah asyik berhujan-hujanan dan banyak anak-anak yang malah bermain lumpur. Suasana agak ricuh tetapi juga bisa sedikit meredam “nafsu” belah duren massa yang mengerubuti tumpeng atau gunungan dari durian dan buah-buahan produk Wonosalam lainnya.

Sekitar setengah jam hujan mulai reda meski masih menyisakan rintik-rintik. Ini berlangsung terus dan bahkan pukul 13.00 hujan deras kembali mengguyur. Ribuan massa masih antusias menunggu. Hingga pukul 14 bupati belum juga datang. Akhirnya sekitar pukul 14 lewat panitia memutuskan acara kenduri dimulai. Sebelum membongkar tumpeng atau gunungan durian, panitia mengumumkan bahwa durian yang dikendurikan sebanyak 3 mini truck atau berjumlah lebih dari 2012 buah durian akan diangkut ke lapangan. Karena itu para pengunjung agar tidak mendekati dan mengerubuti tumpeng durian. Pengunjung diharapkan menempati posisi pada tiang pancang bambu yang jumlahnya puluhan yang nantinya akan dijadikan penempatan durian. Sayangnya himbauan ini tak digubris.



Tak lama kemudian iringan 3 mini truck mengangkut durian memasuki lapangan. Keriuhan dan sedikit kericuhan langsung terjadi. Karung-karung berisi durian belum sempat diturunkan dan ditata tetapi massa langsung menyerbu dan saling berebut durian. Ini terjadi karena truck tanpa pengawalan sama sekali. Untungnya tak sampai menimbulkan kerusuhan ataupun korban luka akibat berebut durian. Ya, ini rebutan durian yang berduri tajam, bukan berebut onde-onde ataupun ketupat. Tentu ini tak sesuai sekenario panitia. Doa saja belum dimulai, tetapi massa sudah “murak” duluan. Untungnya lagi, tumpeng atau gunungan durian teap aman karena penjagaan yang superketat dari panitia.

Setelah “nafsu” massa mereda pasca “penjarahan” durian dari 3 mini truck, panitia mulai membongkar gunungan durian dan membagikan ke masyarakat. Pembongkaran dan pembagian durian relatif lebih tertib. Gunungan durian setinggi sekitar 7 meter itu juga dihiasi dengan aneka buah-buahan dan produk pertanian dari Wonosalam lainnya semacam, salak, apukat, jambu, petai dan sebagainya. Waktu pembongkaran dan pembagian ini dimulai, tetap saja bupati yang ditunggu-tunggu kehadirannya belum juga datang. Baru beberapa menit sebelum selesai pembongkaran dan pembagian tumpeng durian, bupati datang beserta rombongannya. Saya tak tahu, Pak Bupati beserta rombongannya kebagian “berkat” durian hasil kenduri atau tidak. Atau mungkin panitia sudah menyisihkan buat Pak Bupati. Yang jelas, acara Kenduri Durian tetap semarak meskipun kehadiran Bupati Jombang pada saat “injury time”.



Harap dimakhlumi saja, Pak Bupati mungkin terlalu sibuk dengan agenda lain dan/atau terjebak kemacetan untuk menuju lokasi Kenduri Durian yang menurut kabar kawan saya yang lain, kemacetan mulai terjadi sebelum memasuki gerbang atau gapura Kecamatan Wonosalam, atau sekitar 10 Km dari lokasi. Dan saya kira, kalau bupati sempat terjebak kemacetan seperti ini, syukurlah. Warga Wonosalam tak perlu teriak-teriak untuk dibuatkan jalan yang lebih lebar lagi. Bupati sudah tahu dan merasakan sendiri bagaimana terjebak dalam kemacetan karena kondisi jalan yang kurang lebar. Siapa tahu setelah ini ada kebijakan untuk lebih “memesrai” dan memperhatikan pembangunan infrastruktur di Wonosalam. Tak hanya jalan rayanya, masih ada “mutiara-mutiara” lain di Wonosalam yang lebih berkilau jika Pemda mau terus-menerus lebih serius “menggosoknya”. Sebut saja Goa Si Golo-golo, Goa Sriti, Air Terjun Pengajaran, Sirkuit Motocross dan sebagainya.

Begitulah, kenduri durian di Wonosalam tahun ini terselenggara, mudah-mudahan saja acara seperti ini bisa digelar secara regular atau menjadi agenda tahunan untuk memberkenalkan potensi-potensi lokal yang selama ini belum banyak dikenal. Semoga!


Tulisan terkait:

Posting Komentar

10 Komentar

  1. Wiiihh om Jun saya kemarin nggak jadi datang, ketiban sial ada sesuatu yang sangat-sangat mendadak :D

    Tapi untung juga karena acaranya ricuh begitu hehehe. Tetep seru sih dan menarik bagi saya.
    Saya tunggu kendurennya tahun depan :D

    BalasHapus
  2. wah om jun yg bawah karung iku yooooo pantesan g ada sing komanan rek...... lawong bawah karung ckckckckckckckckck

    BalasHapus
  3. Nah, saya yang orang nJombang malah baru tahu ada promosi wisata pesta durian semacam ini. Terlalu lama di luar kota mungkin... :)

    BalasHapus
  4. waah..., mantap ya Cak acara kenduri duriannya....
    sing jelas, harus hati2, cik tangane ra babras kabeh, hehehe....

    semoga duren wonosalam semakin top markotop....

    BalasHapus
  5. wah t7umpeng duren heheheee..
    baru tau saya ini Mas......

    BalasHapus
  6. kapan nich tahun 2013 diadakan kenduren lagi??? pengen kesana lagi, meski kemaren gk kebagian..

    BalasHapus

Thanks for your visiting and comments!

Ad Code